PENETAPAN
KADAR FE(II) DALAM GARAM TUNJUNG
TEORI
Besi dari larutan garam tunjung (FeSO4∙7H2O)
dapat diendapkan sebegai besi (II) Hidroksida, akan tetapi besi ini tidak
mantap dan mudah teroksidasi menjadi besi (III) sehingga bila dipijarkan sisa pijarnya
tidak murni sebegai FeO. Oleh karena itu besi harus diendapkan sebagai besi
(III) Hidroksida. Sebagai pengoksidasi dapat dipakai HNO3, H2O2,
atau air brom. sebenarnya HNO3 kurang baik karena mudah terjadi
kopresipitasi.
pH pengendapan tidak boleh
terlalu tinggi untuk menghindari pengendapan hidroksida lain terutama bila
contoh alam yang biasanya mengandung Mg, sehingga dapat mengendap sebagai
Mg(OH)2. Oleh karena itu ditambahkan NH4CL 10% sebagai pendapar.
Pengendapan dilakukan pada suhu 70-80 C untuk mendapatkan jel/selai yang baik
.
DASAR
Garam Besi (II) dapat diendapkan
menjadi endapan Besi (II) Hidroksida yang berwarna hitam kehijauan. Akan
tetapi, besi ini kurang mantap karena mudah teroksidasi menjadi Besi (III).
Oleh karena itu, Besi harus diendapkan sebagai Besi (III) Hidroksida. Sebelum
pengendapan, dilakukan pengoksidasian menjadi Besi (III) yang mantap dengan
Asam Nitrat, Air Brom maupun Hidrogen Peroksida. Garam Besi (III) kemudian
diendapkan dengan Ammonia membentuk endapan selai Besi (III) Hidroksida yang
berwarna cokelat yang setelah dipijarkan menjadi Besi (III) Oksida.
REAKSI
2HNO3 → H2O
+ 2NO + 3On
6FeSO4 + 6HNO3 + 3On → 2Fe2(SO4)3
+2Fe(NO3)3 + 3H2O
2Fe2(SO4)3 + 2Fe(NO3)3
+ 18NH4OH → 6Fe(OH)3 + 6(NH4)2SO4
+ 6NH4NO3
6Fe(OH)3 → 3Fe2O3
+ 9H2O
ALAT DAN BAHAN
ALAT :
- Piala
gelas 400 dan 800 mL.
- Pengaduk
- Kaca
arloji
- Labu
semprot
- Tutup kaca
- Pembakar
teklu
- Kaki tiga
- Kasa asbes
- Gelas ukur
10 mL
- Termometer
- Pipet tetes
- Polismen
- Corong ,
Penyangga corong &
Kertas Saring
- Tabung
reaksi
- Cawan
porselin
- Segitiga
porselin
- Gegep besi
- Neraca
analitik
- Oven
- Desikator
- Tanur
BAHAN :
- Garam Tunjung (FeSO4
- Air Suling
- HNO3 4N
- NH4OH 10%
- BaCl2 0,5N
- NH4Cl 10%
- AgNO3 0,1%
Cara Kerja :
- Sampel ditimbang sebanyak ± 0,5
gram.
- Sampel
dilarutkan dengan ± 25 mL air suling ke dalam piala gelas
400 mL. - Larutan ditambahkan
± 5 mL HNO3 4N.
- Larutan
dididihkan, kemudian diuji oksidasi dengan meneteskan NH4OH 2N
ke cairan jernih. Apabila terbentuk endapan kecokelatan itu menandakan Fe (II) telah teroksidasi menjadi Fe (III).
Bila terbentuk endapan hitam kehijauan menandakan Fe (II) belum menjadi Fe (III), sehingga harus ditambahkan HNO3 4N sebanyak ± 5 mL lagi, dididihkan kemudian diuji kembali. - Larutan diencerkan
dengan air suling hingga volumenya ± 100 mL.
- Larutan
dipanaskan hingga bersuhu 700 – 800 C (termometer).
- Larutan ditambahkan
NH4Cl 10 % ± 15 mL.
- Larutan
diendapkan dengan NH4OH 2N sedikit demi sedikit hingga berlebih
(cairan induk jernih).
- Endapan
disaring dengan kertas saring Whatman no.541, kemudian dicuci dengan air
panas, dienaptuangkan, disaring kembali hingga bebas pengotor sulfat dan
klorida.
- Dilakukan
uji pengotor sulfat dan klorida.
- Kertas saring
berisi endapan dikeringkan didalam oven untuk kemudian dilipat.
- Setelah
dilipat, kertas saring dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah
diketahui bobot kosongnya untuk diperarang dan dipijarkan.
- Cawan
porselin beserta sisa pijarnya didinginkan di desikator, kemudian
ditimbang.
- Serangkaian
tahapan pemijaran, pendinginan, penimbangan dilakukan hingga tercapai
bobot tetap.
Perhitungan :
Ø
Kadar = Fk x Bobot Abu x 100%
Bobot Sampel
Fk = 2Fe
Fe2O3
PEMBAHASAN
Besi
dari garam besi (II) dapat diendapkan sebagai hidroksidanya. Akan tetapi, besi
ini tidak mantap dan mudah teroksidasi menjadi besi (III), sehingga bila
dipijarkan sisa pijarnya tidak murni sebagai FeO. Oleh karena itu, besi harus
diendapkan sebagai besi (III) hidroksida. Sebelum pendidihan, ditambahkan asam
nitrat sebagai oksidator. Selain asam nitrat, dapat juga dipakai hidrogen peroksida
atau air brom. Penggunaan asam nitrat sebenarnya kurang baik karena mudah
terjadi kopresipitasi endapan. Setelah pendidihan, dilakukan uji oksidasi,
yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana oksidasi besi (II)
menjadi besi (III).
Ciri utama
untuk membedakan antara keduanya adalah warna endapan yang terbentuk. Endapan
Fe(OH)2 berwarna hitam kehijauan, sedangkan Fe(OH)3 berwarna
merah kecokelatan. Apabila yang terbentuk adalah endapan hitam kehijauan,
berarti penambahan HNO3 4N masih kurang sehingga masih perlu
ditambah 5 mL, kemudian dididihkan dan diuji kembali. Namun jika endapan yang
terbentuk berwarna merah kecokelatan, berarti larutan besi (II) telah
teroksidasi menjadi besi (III).
Endapan
Fe(OH)3 merupakan endapan selai kecokelatan yang optimal
pembentukannya pada suhu berkisar antara 70 – 80 0C. Oleh
karena itu, suhu harus diatur agar pembentukan endapan semakin baik. Selain
suhu, pH pada pengendapan harus diatur agar tidak terlalu tinggi untuk
menghindari pengendapan hidroksida lain, terutama cuplikan (sampel) alam yang
biasanya mengandung Mg, sehingga dapat mengendap sebagai Mg(OH)2.
Oleh karena itu, ditambahkan NH4Cl 10% sebagai pendapar (buffer)
serta sebagai koagulan (pembentuk endapan selai/jel yang menggumpal).
Pengendapan dilakukan dengan NH4OH hingga berlebih (cairan induknya
jernih). Apabila penambahan NH4OH kurang, maka cairan induknya tidak
akan jernih, melainkan merah kecoklatan.
Endapan
Fe(OH)3 disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman no.541.
Karena endapan ini kecil kelarutannya dalam air suling suhu biasa maupun panas,
maka digunakan air suling panas untuk mencuci endapan ini dikarenakan air
suling panas memiliki beberapa kelebihan dibandingkan air suling biasa,
diantaranya air suling panas lebih mudah melarutkan pengotor sehingga endapan
lebih cepat bersih, dan biasanya air suling panas lebih mudah melewati
pori-pori kertas saring sehingga memudahkan dan mempercepat proses penyaringan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar